Sejarah Motion Controller: Dari Classic Hingga Next-Gen

Semenjak Nintendo mengeluarkan Wii yang mengedepankan feature motion controller, Sony dan Microsoft juga tidak mau kalah, dengan menelurkan Move dan Kinect. Sejak saat itu terjadi perang motion control gaming. Tetapi apakah para pembaca tahu, bahwa tidak hanya Wii, Move dan Kinect saja yang menggunakan motion control? Berikut adalah console/handheld yang menggunakan motion controller sebagai salah satu feature-nya.
ATARI 2600 & COMMODORE 64
Pada tahun 1981, DataSoft Inc., sebuah perusahaan developer video game menciptakan motion controller pertama di dunia yang bernama Le Stick untuk Atari 2600 & Commodore 64. Controller dengan bentuk yang mirip dengan joystick ini menggunakan  mercury sebagai inti pengontrol gerakan, sehingga tidak memerlukan sumber tenaga seperti listrik atau batere untuk menjalakannya.
Sayangnya, tidak ada satupun developer video game, termasuk DataSoft Inc. sendiri, yang mengeluarkan game yang memaksimalkan feature ini. Hal tersebut mengakibatkan Le Stick hanya terpakai untuk game-game standar kedua console tersebut, yang tentu saja jadinya hanyanya mendeteksi Le Stick sebagai joystick biasa dengan gerakan yang terbatas. Faktor lainnya adalah harga controller ini yang mahal dikarenakan biaya produksinya yang besar, sehingga membuat para gamer jaman itu tidak ada yang mau membeli produk ini.
SEGA GENESIS / MEGA DRIVE
Sega kembali mencoba menghidupkan motion controller dengan menciptakan Activator pada tahun 1993. Berbentuk segi delapan, controller ini menggunakan teknologi sinar infra merah. Jadi kita menaruh Activator di lantai, alat ini akan menembakkan infra merah ke langit-langit dan dipantulkan kembali ke controller;/em>, sementara kita berdiri di tengah-tengah Activator tersebut. Jadi bayangkan kita “dipenjara” oleh sinar infra merah, dan kemudian kita menggerakkan tangan atau kaki kita ke salah satu sisi controller (misalnya sisi di mana tombol A berada) itu untuk “memutuskan” aliran infra merah tersebut. Nah, sinar yang terhalang oleh tangan dan kaki kita tersebutlah yang akan dideteksi sebagai tombol yang tertekan, dalam contoh, berarti tombol A yang tertekan.
Sayangnya, seperti Le Stick, controller ini pun gagal dipasaran. Yang pertama adalah karena untuk bermain game menggunakan controller ini sangat melelahkan. Misalnya untuk melakukan gerakan hadouken-nya Ryu (bawah, depan-bawah, depan, tombol tinju), kita harus melakukan gerakan berikut: menghalangi sinar untuk tombol bawah, kemudian untuk tombol bawah-depan, diteruskan dengan untuk tombol depan dan diakhiri dengan untuk tombol A dengan sangat cepat. Bayangkan kalau kita ingin melakukan combo yang panjang! Selain itu, Activator  tidak mengenal tombol yang ditekan berbarengan. Misalnya kita ingin “menekan” tombol A+B dengan menghalangi sinar-sinar di sisi dimana tombol A dan B berada sekaligus, gerakan ini tidak akan terdeteksi.
Faktor penggagal yang lain adalah karena mengandalkan pantulan balik dari sinar yang terkena langit-langit rumah kita, maka langit-langit rumah kita harus yang datar, tidak boleh miring, atau melengkung dan harus bersih dari penghalang apapun, misalnya kipas angin, ataupun lis kayu yang menghubungkan panel-panel eternit langit-langit. Ditambah dengan controller ini memerlukan tenaga listrik tersendiri, sehingga kita membutuhkan colokan listrik tambahan dan boros lebih banyak listrik. Harganya yang pada jaman itu termasuk mahal, yaitu $80 yang membuat para gamer berpikir berulang kali untuk membeli controller ini.
PLAYSTATION 2
Di tahun 2003, Sony meluncurkan Eyetoy untuk PS2. Controller berbasis kamera ini mengandalkan gerakan, warna dan suara (terdapat microphone built-in) untuk memainkan game-game yang dikeluarkan khusus untuk Eyetoy ini.
Dengan bergaya dan berbicara di depan Eyetoy yang terasa mirip dengan webcam ini, pemain sudah bisa mengontrol gerakan dan memainkan game-game seperti Sega Superstars dan Disney Move. Kelemahan Eyetoy ini hanya satu, yaitu harus dimainkan di ruangan yang mempunyai penerangan yang cukup terang. Bisa dibilang Eyetoy ini adalah “ayah” dari PlayStation Eye-nya PS3 dan Kinect-nya Xbox 360.  

NINTENDO WII
Ini dia trigger dari perang motion control gaming. Diluncurkan tahun 2006 oleh Nintendo, ditujukan untuk melawan PS3 dan Xbox360 (yang mengedepankan grafis) dengan feature motion control-nya ini.
“Bersenjatakan” Wii-Remote atau sering disebut dengan wiimote, fitur ini mempunyai kemampuan untuk mendeteksi gerakan secara 3 dimensi,  digunakan untuk menggerakan atau memanipulasi objek di layar melalui pengenalan gerakan (gesture recognition) dan pointing dengan menggunakan teknologi accelerometer dan sensor optikal. Selain untuk motion controller, wiimote juga bisa dipakai seperti controller biasa. Wiimote juga mempunyai tambahan asesoris maupun expansion seperti Nunchuk, Classic Controller, Wii Zapper, Wii Wheel, Wii MotionPlus dan Wii Vitality Sensor.
PLAYSTATION 3
Untuk next-gen console keluaran Sony ini, awalnya mereka mengeluarkan Playstation Eye, penerus dari Eyetoy-nya PS2. Sebagai penerus tentunya Eye mempunyai kelebihan dibanding Eyetoy, yaitu resolusi 4x lebih tinggi, frame-rate 2x lipat, sensitifitas 2x lebih tinggi, dan segudang fasilitas-fasilitas tambahan lain.
Kemudian Sony mulai merasa terancam dengan kehadiran Wii, dan mereka pun mencoba meng-apply motion control ke gamepad-nya, dan diberi nama Sixaxis. Dengan menggoyangkan / memiringkan gamepad yang kita pegang, maka subjek yang sedang kita kendalikan akan bergerak searah gamepad yang kita pegang. Sayangnya, Sixaxis tidak didukung dengan fasilitas getar, tetapi untunglah hal itu segera diatasi dengan dikeluarkannya DualShock 3,versi upgrade dari Sixaxis.
Merasa masih belum bisa menyaingi Wii, Sony pun mengeluarkan Playstation Move di tahun 2010, dengan bentuk sebuah stick dengan tombol-tombol dipegangannya dan sebuah lampu bulat yang menyala terang (sekilas seperti mic karaoke) dan sebuah controlleryang mirip remote control TV dengan kontrol analog di ujungnya yang diberi nama Navigation Controller (dijual terpisah). Cara pemakaiannya mirip dengan wiimote, cuma bedanya kalau wiimote memakai sensor bar untuk mendeteksi gerakan, Move memakai Playstation Eye.
 

XBOX360
Tidak mau ketinggalan, jagoan terbaru Microsoft ini pun langsung mengeluarkan Kinect yang awalnya bernama Project Natal di waktu pengembangannya. Dengan prinsip yang sama dengan Eyetoy-nya PS2, yaitu kita bermain di depan kamera dan bergaya di depannya, tanpa memegang controller sama sekali. Tetapi tentu saja ada beberapa kelebihannya, sehingga Microsoft bisa mengelak ketika mereka dibilang menjiplak Eyetoy, misalnya :

  • Kinect mendeteksi gerakan secara 3 dimensi tidak seperti Eyetoy yang hanya 2D
  • Kinect menggunakan infra merah, sementara Eyetoy memakai penerangan di dalam ruangan, sehingga Kinect bisa dimainkan dalam ruangan yang gelap.
  • Kinect mempunyai fasilitas pengenalan suara, Eyetoy tidak
  • Kinect bisa mengikuti lokasi pemain karena bentuknya yang panjang, sementara Eyetoy terbatas karena bentuknya yang mirip webcam.
Entah kebetulan atau bukan, Eyetoy memiliki judul game yang mirip dengan nama Kinect, yaitu Eyetoy: Kinetic dan Eyetoy: Kinetic Combat.
Special Mention:
3DS
Ada fasilitas motion control di handheld ini, meskipun tidak terlalu mencolok, kita bisa memiringkan atau menggoyang 3DS untuk beberapa feature dalam memainkan ataupun mengendalikan permainan.

PLAYSTATION VITA
Sony memastikan akan mengaplikasikan SIXAXIS ke dalam handheld-nya yang terbaru ini.
Jadi, apa pilihan para pembaca? Apapun pilihannya, mari kita menggoyangkan badan atau controller di depan TV sehingga badan menjadi sehat! (Atau menggoyangkan handheld sehingga pegelangan tangan menjadi sehat)

http://www.videogamesindonesia.com/?id=6778&page=3

Comments