film adaptasi game,good or bad?

Seperti yang kita tahu, sudah banyak film yang dibuat berdasarkan adaptasi dari video game atau yang biasa dikenal dengan istilah video game movies. Ada yang sukses tapi tak sedikit juga yang jauh dari ekspektasi para penggemar. Ada banyak alasan yang menyebabkan gagalnya film-film tersebut, yang paling utama adalah kecenderungan para pembuat filmnya untuk “membelokkan” tema dan cerita dari game yang diadaptasinya. Misalnya Doom yang diubah elemen keagamaannya menjadi ilmiah, atau Resident Evil yang lebih menitikberatkan unsur aksi ketimbang horrornya.
Ada lagi penyebab besar kegagalan film-film tersebut, yaitu satu nama dengan dua kata: 'Uwe Boll'. Sutradara asal Jerman ini terkenal sekali dengan kegagalannya dalam menyutradarai film-film yang diadaptasi dari game, seperti Alone in the Dark, Blood Rayne, Blood Rayne 2, dan masih banyak lagi. Saking terkenal dengan kegagalannya, sampai-sampai Blizzard Entertainmet menolak mentah-mentah ketika Uwe ingin mengadaptasi salah satu game mereka, World of Warcraft.
Jadi, dengan banyaknya video game movies tersebut, timbul satu pertanyaan: apakah semua film adaptasi video game selalu identik dengan kata gagal? Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan membahas dan menilai semua video game movies yang pernah beredar, dan kita bisa menarik kesimpulan dari penilaian tersebut.
Sebelum kita mulai, saya ingin menekankan untuk artikel ini hanya membahas video game movies yang beredar di bioskop internasional, bukan keluaran Jepang (yang kebanyakan dalam bentuk anime), film televisi, ataupun direct-to-video, dengan pertimbangan bahwa film-film yang beredar di bioskop internasional lah yang bisa ditonton oleh kebanyakan masyarakat pecinta film.
Keterangan:
  • Untuk penilaian:
BAD: Bila film gagal di mata kritikus dan penonton
NEUTRAL: Bila film gagal di salah satu aspek, tetapi dianggap bagus di aspek lain (dicerca kritikus tapi disukai penonton, atau kebalikannya)
GOOD: Bila film sukses, bagus di mata kritikus dan penonton.
  • Data-data penilain dari kritikus film bersumber dari Rotten Tomatoes (www.rottentomatoes.com) dan Metacritic (www.metacritic.com)
  • Data-data budget produksi dan perolehan pendapatan bersumber dari Box Office Mojo (www.boxofficemojo.com) dan The Internet Movie Database (www.imdb.com)
  • Data-data yang lain bersumber dari wikipedia.
1. SUPER MARIO BROS. (1993)
Petualangan tukang ledeng bersaudara ciptaan Shigeru Miyamoto ini dikritik habis-habisan, disebut-sebut sebagai film yang cheesy dan banyak elemen yang melenceng dari video gamenya, seperti: Mushroom Kingdom  menjadi Dinohattan,Luigi kehilangan kumisnya, Princess Peach menjadi seorang bernama Daisy, serta yang paling parah adalah King Koopa dan anak buahnya adalah manusia-manusia keturunan dinosaurus!
Film ini hanya mendapatkan nilai 13% dari Rotten Tomatoes. Bahkan aktor pemeran utama, Bob Hoskins, pernah mengatakan pada sebuah wawancara dengan koran The Guardian pada tahun 2007, “Hal terparah yang pernah saya lakukan? Super Mario Brothers.” Tapi dibalik semua kegagalan itu, film ini berhasil dinominasikan sebagai Best Costume dan Best Make-up di Saturn Award.
Super Mario Bros. hanya memperoleh total pendapatan $20,915,465. Ini berarti pihak pembuat film ini mengalami kerugian apabila dilihat dari budget produksi mereka yang mencapai $48 juta.
Nilai: BAD
2. DOUBLE DRAGON (1994)
Waktu saya melihat poster film ini, di pikiran saya melonjak, “Wah keren! Double Dragon ada filmnya! Yang main Mark Dacascos sama Robert Patrick lagi! Alyssa Milano ikutan main juga, mantap!” Tapi kenyataannya begitu saya nonton filmnya, di pikiran saya hanya muncul satu kata saja, “NORAK!!!”
Sambutan para penonton dan kritikus film juga tidak berbeda dengan saya. 95% dari isi film cuma bercerita tentang kaburnya Jimmy Lee dan Billy Lee dari kejaran penjahat, baru pada 15 menit terakhir mereka beraksi menghajar para penjahatnya. Selain itu, mungkin karena susah mencari pemain kembar yang pas, akhirnya diubahlah para Lee menjadi bersaudara saja. Rotten Tomatoes membantai film ini dengan memberikan nilai 0%!!! Benar-benar nilai yang sangat rendah!
Budget produksi film ini tidak diketahui, tapi yang pasti hanya memperoleh $2,341,309.

3. STREET FIGHTER (1994)
Gamer mana yang tidak tahu Street Fighter. Game fighting popular ini tentu saja tidak luput dari perhatian pembuat film, dan mereka pun memasang aktor dan aktris terkenal untuk mensukseskan film ini dengan konsep cerita yang diambil dari game Street Fighter 2. Sebut saja Jean-Claude Van Damme, Kylie Minogue, Ming-Na Wen, dan almarhum Raul Julia. Seperti biasa film ini pun tidak terbebas dari “pelencengan”, seperti Guile yang menjadi tokoh utama, bukan Ryu karena film ini dibuat oleh orang Amerika dimana tentunya ingin karakter berkebangsaan Amerika yang menjadi jagoannya.
Film ini dibenci oleh kritikus film dan fans berat game Street Fighter. Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai 13% saja.
Tetapi meskipun begitu para penonton film umum (yang tentunya tidak terlalu mengenal Street Fighter) menyukainya, ini dibuktikan dengan diraupnya $99,423,521, yang berarti hampir 3 kali lipat dari budget produksinya, $35 juta.
Nilai: NEUTRAL 
4. MORTAL KOMBAT (1995)
Video game yang terkenal sadis ini sudah pasti dikurangi kadar sadisnya di versi filmnya, kalau tidak rating yang dimilikinya pasti Mature dan jumlah penonton pasti berkurang. Untungnya langkah ini tidak membuat film ini turun kualitas. Dengan casting yang lumayan pas, dan jalan cerita yang tidak melenceng dari gamenya (kecuali ada beberapa karakter yang baru nongol di game Mortal Kombat 2 sudah muncul di film ini), plus action yang bagus serta soundtrack musik yang keren, membuat film ini asyik buat ditonton.
Meskipun Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai 35% dan Metacritic hanya 58/100, tapi ada banyak juga kritikus film yang memuji film ini, seperti Siskel & Ebert memberikan “thumbs up”, dan Kevin Thomas dari Los Angeles Times serta Bruce Diones dari The New Yorker memuji film ini. Para fans pun (seperti saya) juga menyukai film ini.
Dengan diraihnya pendapatan sebesar $122,195,920 dengan budget produksi yang hanya $18 juta, serta menduduki peringkat pertama pendapatan selama 3 minggu, menunjukkan bahwa film ini sukses besar dan diterima di kalangan penonton umum.
Nilai: GOOD
5. MORTAL KOMBAT: ANNIHILATION (1997)
Melihat suksesnya Mortal Kombat, para pembuat film segera menelurkan sekuelnya, Mortal Kombat: Annihilation. Entah kenapa, kali ini para staff mulai terjangkit penyakit “melenceng” juga. Raiden yang bisa berubah menjadi Fujin, Shao Khan bisa Bestiality menjadi Hydra. Tapi yang paling fatal adalah banyaknya pemeran yang diganti sehingga menjadi tidak cocok lagi, dan dipaksanya terlalu banyak karakter dalam game untuk muncul sehingga merusak alur cerita.
Para kritikus kali ini tidak ada yang membela film ini. Rotten Tomatoes dengan dinginnya memberikan nilai 7% dan Metacritic hanya 11/100.
Sementara itu pendapatannya anjlok jauh dibanding pendahulunya. Hanya $51,376,861 dengan budget produksi $30 juta. Meskipun mendapatkan untung, penonton kabarnya merasa “tertipu”.
Nilai: BAD

6. WING COMMANDER (1999)
Kali ini game shooting pesawat yang diangkat menjadi film, tapi jangan berharap bisa bertemu dengan Mark “Luke Skywalker” Hamill, pemeran utama di dalam versi gamenya di sini. Di versi film, Freddy Prinze, Jr. yang naik daun lewat I Know What You Did Last Summer mendapatkan kehormatan untuk menjadi pemeran utamanya. Sayangnya, justru aktikngnya di sini mendapat cercaan para penonton. Selain itu, banyak fans yang kecewa dengan berubahnya desain alien Kilrathi, desain pesawat, latar belakang, kebangsaan dan nama para karakter utama, serta cerita yang berbeda dengan versi gamenya.
Kali ini Rotten Tomatoes memberikan nilai 11% dan Metacritic memberikan angka merah 11/100.
Dari budget produksi yang sebesar $30 juta, film ini hanya memperoleh $11,578,059. Benar-benar sebuah kerugian yang besar.
Nilai: BAD
7. LARA CROFT : TOMB RIDER (2001)
Lara Croft, si petualang asal Inggris ini hadir di bioskop dan diperankan oleh Angelina Jolie. Banyak yang mengatakan dia cocok sekali memerankan Lara Croft. Seperti biasa, ceritanya tidak sama dengan versi game, tapi untungnya tema dan unsur-unsurnya masih sama.
Tapi dengan dipasangnya aktris sekelas Angelina Jolie pun tidak menyenangkan hati para kritikus. Bagi mereka, plot film ini begitu jeleknya sehingga hanya mendapatkan nilai 19% dari Rotten Tomatoes dan 33/100 dari Metacritic.
Berlawanan dengan kritikus, para penonton ternyata sangat menyukai film ini. Tercatat perolehan $274,703,340, dengan budget produksi $115 juta.
Nilai: NEUTRAL
8. FINAL FANTASY : THE SPIRITS WITHIN (2001)
Squaresoft (sekarang Square Enix) ternyata tidak puas dengan hanya mengeluarkan game-game yang terkenal. Mereka mencoba untuk merambah dunia perfilman, dan tidak tanggung-tanggung mereka membuat film 3D CG yang luar biasa realistisnya. Tapi ternyata hanya itu saja kelebihannya. Tema yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan franchise game Final Fantasy (kecuali adanya karakter yang bernama Sid yang berasal dari Cid di dunia game Final Fantasy) membuat para fans yang sudah menunggu dengan tidak sabar menjadi kecewa berat. Sempat dinominasikan untuk "Best Sound Editing – Animated Feature Film, Domestic and Foreign" di Golden Reel Awards dan "Best Animated Feature" di Online Film Critics Society, tapi sayangnya tidak berhasil memenangkan kedua penghargaan tersebut.
Nilai 43% dari Rotten Tomatoes dan 49/100 dari Metacritic membuktikan kalau film ini tidak berkesan di mata kritikus film.
Sementara untuk pendapatan, dengan budget produksi sebesar $137 juta, hanya diperoleh $85,131,830. Terbukti bahwa hanya dengan CG yang luar biasa tidak bisa menyenangkan hati penonton.
Nilai:  BAD

9. RESIDENT EVIL (2002)
Akhirnya, giliran game survival horror fenomenal ini yang diangkat ke layar lebar. Tapi jangan berharap kalau jagoannya adalah Redfield bersaudara atau Jill Valentine maupun Leon S. Kennedy, satu-satunya karakter yang  berasal dari game yang muncul di film ini hanyalah Dr. William Birkin. Tetapi meskipun begitu, tema dan elemen-elemen dari game masih sangat terasa di film ini, misalnya Umbrella Corporation, Licker, T-Virus, Racoon City, program Nemesis, dan S.T.A.R.S, sehingga kita merasa seperti menonton gaiden dari cerita utama versi gamenya.
Seperti biasa, para kritikus masih merasa film ini kurang. 34% dari Rotten Tomatoes  dan 33/100 dari Metacirtic.
Di luar dugaan, film ini laku keras! Dengan budget produksi sebesar $33 juta, film ini memperoleh $102,441,078. Ternyata kali ini kehebatan Milla Jovovich melawan sekelompok zombie dengan tangan kosong berhasil mengambil hati para penonton.
Nilai: NEUTRAL
10. HOUSE OF THE DEAD (2003)
Ini dia film pertama Uwe Boll yang diadaptasi dari video game. Dengan skill pas-pasan untuk menyutradarai film, dia pun mengikuti trend yang biasa terjadi pada video game movies, yaitu melenceng jauh dari video gamenya. Persamaannya hanyalah judul dan genre, yaitu horror dan tembak-tembakan. Uwe Boll yang terkenal dengan ngototnya kalau dikritik beralasan bahwa film ini adalah prekuel dari versi gamenya, dan dengan noraknya memasukkan footage dari gamenya sendiri sebagai transisi adegan di film untuk “memperkuat” hubungan antara film dengan video gamenya, sebuah usaha yang tidak masuk di akal.
Sudah tentu film ini dihina habis-habisan oleh para kritikus film. Rotten Tomatoes memberikan nilai 4% dan Metacritic memberikan nilai 15/100.
Film ini hampir mengalami kerugian. Meskipun para penonton juga tidak meyukai film ini, dengan ajaibnya bisa memperoleh untung $1 juta saja, dengan perincian : $12 juta untuk budget produksi, dan perolehan $13,818,181.
Nilai: BAD
11. LARA CROFT TOMB RIDER: THE CRADLE OF LIFE (2003)
Melihat kesuksesan film pertamanya, Angelina Jolie berpetualang kembali sebagai Lara Croft. Sama seperti pendahulunya, ceritanya masih tidak ada hubungannya dengan versi game.
Kritikus film melihat sedikit peningkatan dari pendahulunya, tapi masih belum cukup untuk dibilang bagus. 24% dari Roten Tomatoes (19% untuk film pertama) dan 43/100 dari Metacritic (sebelumnya haya 33/100).
Kebalikan dari penilaian para kritikus, jumlah pendapatan film ini justru tidak sebesar pendahulunya, meskipun masih bisa dibilang sukses. Bisa dilihat dari budget produksinya yang sebesar $95 juta, diperoleh $156,505,388 (bandingkan dengan film pertama yang memperoleh $274 juta).
Nilai: NEUTRAL

12. RESIDENT EVIL: APOCALYPSE (2004)
Tidak mau ketinggalan dari Lara Croft, Alice pun beraksi kembali di sequel dari Resident Evil ini. Kali ini akhirnya ada karakter utama dari game yang muncul di sini, yaitu Jill Valentine dan Carlos Olivera (dari game Resident Evil 3), meskipun mereka di sini masih bukanlah tokoh utama, melainkan tokoh pembantu Alice.
Para kritikus film masih tetap tidak berkesan dengan film ini. Rotten Tomatoes memberikan 20% (sebelumnya 34%) dan Metacritic 35/100 (sebelumnya 33/100).
Para penonton masih menyukai kelanjutan dari sepak terjang Alice ini. Terjadi peningkatan pendapatan dari film pendahulunya. Dengan budget produksi $45 juta, diperoleh $129,394,835 (sebelumnya $102 juta) sampai pada akhir penayangannya.
Nilai: NEUTRAL
13. ALONE IN THE DARK (2005)
Uwe Boll is back! Dia mencoba peruntungannya kali ini dengan tema horror lagi. Kali ini dia berusaha untuk tidak melenceng terlalu jauh dari versi gamenya. Tokoh utamanya sama, yaitu Edward Cranby (diperankan oleh Christian Slater), adanya mahkluk yang bisa menghilang tapi mempunyai kelemahan yaitu takut cahaya (dari game Alone in the Dark : The New Nightmare), dan tema penculikan anak-anak dari game Alone in the Dark 2.
Dengan skill Uwe Boll yang masih itu-itu saja, tentu saja para kritikus film masih tidak menyukai karyanya. Rotten Tomatoes tidak tanggung-tanggung memberi nilai 1%, dan Metacritic menilai 9/100.
Kali ini tidak ada lagi keajaiban untuk Uwe. Dengan budget produksi $20 juta, hanya diperoleh $10,442,808. Nampaknya para penonton sangat tidak terkesan dengan usahanya kali ini.
Nilai: BAD
14. DOOM (2005)
Produser dari film ini, John Wells, sesumbar dengan menyatakan bahwa filmnya tidak akan jelek seperti kebanyakan video game movies yang lain. Entah apa yang membuat dia seyakin itu, dengan hanya mengatakan bahwa semua staff produksi film ini dulunya sangat menyukai game ini, kemudian memakai Dwayne “The Rock” Johnson sebagai salah satu dari pemeran, serta memasukkan adegan gaya first person shooting. Ia yakin bahwa film ini akan sukses dan akan memiliki sekuel, tapi dengan cerobohnya ia tetap mengikuti trend yang menyebabkan video games movies menjadi gagal, yaitu merubah tema. Wells merubah unsur keagamaan pada video game menjadi teori ilmiah, dan diikuti dengan cerita yang standar. Hasilnya, rencana sekuelnya pun lenyap bersama angin.
Seperti yang telah diketahui di atas, film ini tentunya mendapat nilai yang rendah, yaitu 20% dari Rotten Tomatoes dan 34/100 dari Metacritic.
Inilah penyebab rencana sekuelnya tidak pernah kedengaran lagi, yaitu dengan budget produksi sebesar $60 juta, film ini hanya mendapatkan $55,987,321.
Nilai: BAD

15. BLOODRAYNE (2005)
Si muka tembok Uwe Boll tanpa malunya mencoba membuat video game movies lagi. Dikiranya dengan memakai Kristanna Loken dan Michelle Rodríguez untuk memanjakan mata para penonton pria, Ben Kingsley untuk menyenangkan hati para kritikus film, dan menyewa PSK asli dari Romania untuk menghemat pengeluaran, film ini bisa sukses. Tentunya dengan kebiasaannya yang melencengkan cerita film dari gamenya, dan keahliannya membuat para aktor dan aktris untuk bermain jelek, sehingga membuat Kristanna Loken dinominasikan untuk Worst Actress, Michelle Rodríguez dinominasikan untuk Worst Supporting Actress, dan Ben Kingsley yang terkenal dengan aktingnya yang bagus malah mendapatkan nominasi Worst Supporting Actor di Golden Raspberry Award. Selain itu film ini juga mendapatkan nominasi Worst Picture, Worst Director, dan Worst Screenplay. Bravo, Uwe Boll, Bravo!
Tanpa basa-basi, Rotten Tomatoes  memberi nilai 4% dan Metacritic memberi 18/100.
Meskipun Uwe sudah menghemat pengeluaran sehingga budget produksinya “hanya” $25 juta, film ini merugi berat dengan hanya mendapatkan $3,650,275.
Nilai: BAD
16. SILENT HILL (2006)
Ini salah satu contoh video game movies yang berusaha menyeimbangkan antara unsur-unsur yang melenceng dan yang sama dengan versi gamenya. Ceritanya 99% mengikuti versi game Silent Hill pertama, dengan perkecualian digantinya tokoh dan cult diubah menjadi benang merah yang ceritanya juga beda. Selain itu semuanya sama plus beberapa elemen diambil Silent Hill 2dan 3.
Banyak kritikus yang memuji visual dari film ini tapi menyayangkan plotnya. Rotten Tomatoes memberi nilai 29%, dan Metacritic 30/100.
Ternyata penonton banyak yang menyukai langkah penyeimbangan yang diambil ini. Terbukti dengan budget produksi $50 juta, diperoleh pendapatan $97,607,453, dan rencananya pada tahun 2011 ini kita bisa menyaksikan lanjutannya, Silent Hill: Revelation 3D
Nilai: NEUTRAL
17. DOA: DEAD OR ALIVE (2006)
Dengan casting yang benar-benar tidak sesuai, background karakter yang kebanyakan berbeda dengan versi gamenya, dan plot cerita yang standar, film ini berusaha meraih sukses dengan mengandalkan keseksian Devon Aoki dan teman-temannya saja, yang ternyata sangat mengecewakan para fans game ini. Kekecewaan tersebut menyebabkan beredarnya satu komentar di internet tentang film ini : "Devon Aoki doesn't begin to fill the shoes or the mighty G-cup bra of Kasumi from the DOA games”. Kalimat ini begitu terkenalnya sehingga dipakai oleh hampir semua artikel yang me-review kalimat ini.
34% dari Rotten Tomatoes dan 38/100 dari Metacritic membuktikan kalau para kritikus film tidak menyukai film ini.
Budget produksi $21 juta, pendapatan $7,516,532. Penonton benar-benar kecewa sekali.
Nilai: BAD


18. IN THE NAME OF THE KING: A DUNGEON SIEGE TALE (2007)
Uwe Boll tetap pantang menyerah! Sudah gagal tiga kali masih belum membuatnya kapok. Kali ini dia mencoba peruntungannya dengan memakai banyak sekali bintang-bintang Hollywood ngetop, yaitu : Jason Statham, Leelee Sobieski, John Rhys-Davies, Ron Perlman, Kristanna Loken, Ray Liotta dan Burt Reynords. Tetapi nasibnya tetap sama, gagal total, dan film ini malah disebut-sebut ingin meniru Lord of the Rings.
Nilainya sudah bisa kita tebak, Rotten Tomatoes : 4%, Metacritic : 15/100.
Rugi seperti biasanya. Budget produksi $60 juta dengan pendapatan cuma $13,097,915. Uwe Boll malah menyatakan bahwa ini terakhir kalinya dia mau membuat film dengan budget produksi yang besar. Gawat, dengan budget besar saja hancur, apalagi budget rendah?
Nilai: BAD
19. POSTAL (2007)
Jempol buat Uwe Boll untuk semangatnya yang pantang menyerah! Kali ini dia mencoba dengan mengubah genre dari game aksi kelam menjadi film komedí! Dan dia juga tidak memakai aktor dan aktris yang ngetop kali ini. Apakah langkahnya kali ini merubah nasibnya sebagai perusak video game movies? Kita lihat data dibawah.
8% dari Rotten Tomatoes dan 22/100 dari Metacritic? Tampaknya para kritikus film masih belum terkesan.
Dari budget produksi $15 juta (katanya kapok Uwe, kok budgetnya masih lebih besar dari House of the Dead yang $12 juta?), perolehan hanya $146,741! Sorry, Uwe, kamu masih gagal.
Nilai: BAD
20. RESIDENT EVIL: EXTINCTION (2007)
Alice sang cewek jagoan beraksi kembali untuk ketiga kalinya. Karakter dari game yang menemani dia kali ini adalah Carlos Oliviera dan Claire Redfield. Kini mereka berpetualang di padang pasir (yang jelas-jelas makin melenceng dari versi gamenya).
Kritikus film mulai terkesan sedikit. Rotten Tomatoes memberi 22% (dahulu 20%) dan Metacritic 41/100 (dahulu 35/100).
Sementara untuk masalah keuntungan, dari budget produksi $45 juta, diperoleh $147,717,833. melebihi pendapatan dari kedua film pendahulunya, bukti bahwa penonton belum bosan dengan Alice.
Nilai: NEUTRAL

21. HITMAN (2007)
Tidak terlalu berbeda dengan video game movies yang lain, film ini juga mempunyai banyak perbedaan dengan versi gamenya. Misalnya film lebih menitik beratkan action, bukan stealth. Tema cloning berubah menjadi prajurit-prajurit pembunuh yang dilatih sejak kecil, dan ICA berubah menjadi Organization.
Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai 14% dan Metacritic hanya 35/100. Masih kurang bagus bagi para kritikus film.
Ternyata film ini lumayan mendapat tempat di hati penonton. Dengan budget produksi $24 juta, diperoleh $99,965,792.
Nilai: NEUTRAL
22. FAR CRY (2008)
Untuk ke-enam kalinya Uwe Boll beraksi kembali. Kali ini Uwe Boll kelihatannya ingin mencoba cara baru: tidak melenceng jauh dari versi game. Tema, cerita, nama dan latar belakang karakter sama, tapi alih-alih beraksi di pulau tropis, Jack Kraver, jagoan di game dan film ini berbaku tembak di pulau terpencil di Kanada.
Aneh sekali. Rotten Tomatoes tidak memberikan nilai untuk film ini, sementara di Metacritic film ini tidak terdaftar. Tetapi review dari para penonton, yang merupakan member Rotten Tomatoes, menyatakan bahwa karya Uwe kali ini tetaplah gagal.
Untuk pendapatan juga aneh. Tidak diketahui berapa total pendapatan yang diperoleh film ini secara internasional, hanya tercatat di Jerman saja. Dengan budget produksi $30 juta (yang berarti kalau pernyataan Uwe kalau dia tidak akan membuat film dengan budget besar adalah bohong belaka), hanya diperoleh €566,594 (atau sekitar $812,325) saja.
Nilai: BAD
23. MAX PAYNE (2008)
Game yang sempat menghebohkan dengan memakai efek bullet time ini juga tidak mau dengan mencoba peruntungannya di bioskop. Tapi sayangnya terdapat perbedaan yang sangat besar antara versi game dengan filmnya sampai-sampai membuat Scott Miller, CEO 3D Realms (produser dari game ini), menjadi marah dan tidak menyetujui perbedaan-perbedaan tersebut. Adapun perbedaan yang paling mendasar adalah adanya monster-monster di versi film, di mana di versi game tidak ada unsur supranatural sama sekali, dan juga beberapa perbedaan pada alur ceritanya.
Para kritikus tampaknya setuju dengan Scott Miller, dengan memberikan nilai 16% di Rotten Tomatoes dan 31/100 di Metacritic.
Tidak disangka, meskipun banyak yang protes dengan adanya unsur superanatural di versi film ini, Max Payne ternyata lumayan sukses. Terbukti dengan budget produksi $35 juta, diperoleh pendapatan $85,416,905. Selera penonton film memang kadang-kadang susah ditebak.
Nilai: NEUTRAL

24. STREET FIGHTER: THE LEGEND OF CHUN-LI (2009)
Untuk kedua kalinya game Street Fighter diangkat ke layer lebar. Tapi jangan salah, film ini bukanlah sekuel dari film Street Fighter yang dibintangi oleh Van Damme tetapi merupakan adaptasi versi Street Fighter Alpha, yang bisa dilihat dengan adanya karakter Gen, Charlie, dan Rose. Tokoh utamanya juga bukan Guile lagi, melainkan Chun-Li.
Dimulai dari casting pemeran yang sangat tidak pas, pemeran Chun-Li yang “hanya setengah” Cina, Vega yang setengah Meksiko - Indian, Rose yang bule Rusia, dan Gen yang jauh lebih muda dari versi gamenya sampai ke latar belakang karakter yang kacau, membuat kritikus film dan fans game protes besar. Rotten Tomatoes memberi nilai 16% dan Metacritic memberi 17/100.
Para penonton film pun merasakan kacaunya pembuatan film ini. Bisa dilihat dari budget produksi $50 juta, hanya diperoleh $12,764,201.
Nilai: BAD
25. THE KING OF FIGHTERS (2010)
Film ini juga mengalami masalah yang hampir sama dengan Street Fighter: The Legend of Chun-Li dengan casting pemeran yang tidak cocok. Selain itu alur cerita juga terbilang lamban dan kurang action, padahal film ini merupakan adaptasi dari game fighting.
Mungkin karena jeleknya Rotten Tomatoes dan Metacritic tidak sudi memberikan nilai? Tapi dilihat dari review-review yang lain, hampir semuanya bilang kalau film ini jelek sekali.
Pendapatan dari film ini juga tidak diketahui, hanya budget produksi yang sebesar $12 juta. Apakah karena begitu meruginya sampai malu untuk diumumkan?
Nilai: BAD
26. TEKKEN (2010)
Sepertinya para pelaku industri film lagi demen sama game fighting. Baru selesai dengan Chun-Li dan KoF, bioskop pun langsung digebrak dengan Tekken. Kali ini castingnya lumayan mirip, meskipun ternyata aliran bela diri yang dikuasai serta latar belakang karakternya menjadi kacau. Selain itu, istilah Tekken yang dipakai disini, beralih dari nama turnamennya menjadi nama kota tempat sindikat Heihachi berkuasa (yang juga berubah nama dari Mishima Zaibatsu menjadi Tekken Corp.). Setting waktunya juga maju menjadi masa depan.
Tapi yang paling mengecewakan para fans adalah dibatalkannya kehadiran banyak karakter-karakter yang jauh-jauh hari sebelumnya sudah beredar di internet, seperti Michelle Chang, Ling Xiao Yu, Craig Marduk dan Hwoarang. Banyak sekali yang sudah menunggu-nunggu dengan penuh harap, bagaimana penampilan mereka di layar lebar menjadi kecewa begitu mengetahui bahwa mereka batal muncul.
Bernasib seperti The King of Fighters, Rotten Tomatoes dan Metacritic juga tidak memberikan nilai, tetapi banyak sekali review yang menyatakan bahwa film ini mengecewakan.
Sudah bisa ditebak, film ini merugi, karena dengan budget produksi yang sebesar $35 juta, hanya diperoleh $967,369.
Nilai: BAD

27. PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME (2010)
Bosan dengan video game movies yang bersumber dari game fighting? Untungnya Walt Disney Pictures menghadirkan tema yang lain, yaitu action fantasy di Persia. Hanya tema dan elemen-elemen pentingnya yang diambil dari game, selain itu beda.
Para kritikus film masih tidak terlalu terkesan. Rotten Tomatoes menilai 36% dan Metacritic 50/100.
Ternyata aksi dan efek film ini mampu menghibur para penonton. Dengan budget produksi $200 juta, diperoleh $335,154,643.
Nilai: NEUTRAL
28. RESIDENT EVIL: AFTERLIFE (2010)
Kalau masih sukses terus, kenapa diberhentikan? Untuk keempat kalinya Alice beraksi kembali, yang kali ini ditemani Chris dan Claire Redfields bersaudara melawan Albert Wesker. Yang sudah menonton film-film pendahulunya pasti maklum, jangan protes dengan ketidak-cocokan film ini dengan game, nikmatilah aksinya plus cuci mata dengan Milla Jovovich dan Ali Larter. Buat penonton cewek, bisa memelototi Wentworth Miller.
Para kritikus film tetap berhati baja, memberikan nilai yang tidak jauh dari pendahulunya. Rotten Tomatoes: 24%, Metacritic: 37/100.
Berlawanan dengan para kritikus, para penonton justru semakin membludak. Dari budget produksi $60 juta, diperoleh pendapatan $296,221,663. Namun patut diingat juga bahwa penambahan perolehan tersebut juga merupakan dampak dari teknologi 3D.
Nilai: NEUTRAL
Jadi, mari kita lihat total skor terakhir:
BAD = 16
NEUTRAL = 11
GOOD = 1
Dari nilai di atas kita bisa menyimpulkan betapa banyaknya video game movies yang dibuat asal jadi, dan tidak jauh dibawahnya, film yang dibuat hanya untuk menjaring penonton film umum, bukan fans dari game yang diadaptasi.
Memang susah membuat video game movies yang bisa memuaskan semua pihak, tetapi yang sangat disayangkan, para pembuat film entah kenapa tidak kapok-kapoknya membuat film yang melenceng jauh dari versi gamenya. Mereka hanya memikirkan keuntungan saja, memakai nama game yang diadaptasi untuk meningkatkan value dan hype dari para penonton, tapi tidak benar-benar memahami game yang akan diadaptasi, serta tidak disertai dengan penyutradaraan, penulisan naskah, casting, dan acting yang baik. Mereka masih meremehkan arti video game, sehingga mengabaikan dan mengecewakan para fans pemain game, yang seharusnya mereka “tangkap”.
Kesimpulan kedua, Uwe Boll. 1/3 dari nilai BAD merupakan sumbangan dari hasil karyanya mereka. Mungkin kita harus mengajukan petisi ke pemerintah Jerman untuk berhenti membiayai film-film buatannya.
Jadi, jangan terlalu berharap terlalu tinggi jika ada video game movies baru yang akan dibuat, terutama jika itu dari game yang sangat kita sukai. Nikmati sajalah, dan jangan terlalu berharap banyak.

http://www.videogamesindonesia.com/?id=6198&page=9








Comments